MEDAN (STARMEDIA.id) – IHSG mampu berada di zona hijau selama sesi perdagangan berlangsung. Sementara mata uang Rupiah seharian berada di zona merah. IHSG ditutup menguat 1.21% di level 6.235,619.
Sementara itu mata uang Rupiah alami tekanan ke level 16.590 per US Dolar di sesi penutupan perdagangan. Pada umumnya, pasar obligasi atau surat hutang pemerintah menjadi indkator yag akurat dalam menggambarkan kinerja mata uang Rupiah, ujar Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumut di Medan, Selasa (25/3) siang.
Ditambahkannya,dalam sebulan terakhir terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada imbal hasil obligasi 10 tahun RI. Dimana pertengahan februari imbal hasil obligasi 10 Tahun berada dikisaran 6.7%, namun saat ini sudah berada di kisaran 7.3%. Yang menunjukan bahwa ada tekanan terhadap harga obligasi yang memicu terjadinya pelemahan pada mata uang rupiah, katanya.
Belakangan ini, lanjutnya pelemahan pasar keuangan di tanah air (IHSG dan Rupiah) kerap dikaitkan dengan sejumlah sentimen dari tanah air seperti defisit APBN, pembentukan danantara, penghematan anggaran hingga pengesahan UU TNI. Diluar sentimen internal tersebut, faktor eksternal justru mendominasi sentimen buruk yang mempengaruhi kinerja pasar keuangan di tanah air, tambah Gunawan.
Disebutkan Gunawan yang paling dikuatirkan adalah dampak buruk dari perang dagang atau perang justru menyasar ekonomi di tanah air secara langsung. Perang dagang tersebut telah memunculkan kekuatiran akan terjadinya inflasi tinggi dan pelemahan ekonomi yang berujung resesi. Hal ini membuat investor akan mencari tempat berinvestasi yang benar-benar aman.
“Hingga berujung pada gejolak pasar keuangan yang diikuti dengan volatilitas yang tinggi. Dan pasar keuangan ditanah air belakangan mengalami tekanan akibat gejolak ekonomi global yang terjadi. Disisi lain, harga emas terpantau bergerak menguat tipis ke level $3.021 per ons troy atau sekitar 1.62 juta per gram, ” pungkas Gunawan. (Abi)