MEDAN (MetroJurnal.COM) – Tertarik ingin menyuarakan aspirasi perempuan di parlemen, membuat 3 wanita mantap untuk maju menjadi calon legslatif (Caleg) dari Partai Demokrat.
Hal itu terungkap saat ketiganya ditanyakan mengenai ‘Perjuangan Politik Perempuan di Parlemen’, beberapa waktu lalu di Kantor DPC Partai Demokrat Kota Medan.
Ketiganya yaitu Andita Putri Limbong yang maju dari Dapil 1, Karmila dari Dapil 3, dan Agustina Ceqkuitita Ali Talia dari Dapil 5.
Mereka ingin mendapatkan posisi atau kedudukan di parlemen agar dapat menjadi perwakilan perempuan. Hal ini karena mereka menilai keterwakilan perempuan sangat penting kedudukannya dalam politik untuk menjembatani suara-suara atau aspirasi dari perempuan agar dapat tersalurkan dan keadilan dapat berpihak terhadap perempuan.
Apalagi, ketiganya menilai dengan adanya keluasan partai Demokrat bagi perempuan untuk turut serta dalam politik, membuat mereka semakin antusias untuk menjadi anggota dewan di DPRD kota Medan nantinya.
Namun, mereka menyadari untuk mewujudksn impian itu tidaklah mudah. Diperluakn perjuangan yang sangat luar biasa. Mereka harus menyiapkan diri dengan mental yang kuat, pengalaman sebagai pemimpin yang baik, pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik akan politik, hingga kepada pendekatan kepada masyarakat juga dilakukan melalui kegiatan bantuan yang dapat diberikan.
Mengingat saat ini dari Partai Demokrat belum ada perempuan yang menduduki posisi di parlemen Kota Medan, maka dengan harapan yang sangat tinggi pada tahun 2024 mendatang ketiga caleg tersebut dapat menduduki posisi di Parlemen Kota Medan. Agar mimpi yang diinginkan dapat terwujud untuk membawa perubahan baik bagi masyarakat terkhusus perempuan.
Untuk itu, peningkatan partisipasi perempuan di parlemen harus dilakukan dimulai dari diri sendiri dengan mendaftar menjadi caleg di Demokrat untuk nantinya dapat duduk di parlemen Kota Medan.
Mereka juga menyadari, dalam mewujudkan hal yang demikian, tentunya selain perjuangan yang mesti dilakukan dengan baik, tantangan juga pasti dirasakan. Mulai dari masyarakat yang mengira bahwa caleg itu dapat dipilih jika memiliki uang, sampai adanya masyarakat yang tidak mendukung kehadiran untuk menjadi caleg perempuan. Sebab perempuan terkadang tidak ingin memilih sesama perempuan. Karena masih ada paradigma yang menyatakan bahwa dalam politik itu perempuan tidak penting untuk berpolitik dibandingkan dengan laki-laki. Padahal dalam realitasnya, perempuan memiliki kepentingan yang sama dengan laki-laki dalam politik.
Karena itu perlunya pendidikan politik bagi masyarakat awam untuk memahami politik selain daripada caleg yang mesti memahami politik dengan baik dan benar.
Sehingga dengan tekad yang kuat, ketiga caleg ini untuk mendapatkan posisi di parlemen, maka mereka sudah siap dengan resiko yang akan terjadi ketika tidak mendapatkan posisi di parlemen. (Red)