MEDAN (STARMEDIA.id) -Penagmat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, menururkan Bank sentral AS tetap mempertahankan besaran bunga acuan tidak berubah di level 4.25% – 4.5%. Kebijakan tersebut bertahan sejak desember tahun 2024 sebelumnya.
Gubernur The FED sendiri tidak memberikan arah kebijakan moneter yang jelas ke depan. Ketidakpastian kondisi ekonomi membuat The FED tidak memberikan sinyal kebijakan apapun untuk merespon dinamika ekonomi kedepan, ujarnya di Medan, Kamis (8/5) sore.
Dikatanya, Pasar saham di Asia pada perdagangan hari ini bergerak mixed dengan kecenderungan menguat setelah penetapan kebijakan moneter AS. IHSG dibuka menguat di level 6.946. Kabar baik kembali berhembus dari AS, dimana Presiden AS Donald Trump berencana mengadakan konferensi pers membahas kesepakatan dagang yang telah dicapai, jelas Gunawan.
Kabar tersebut,lanjutnya sejauh ini mampu mendorong penguatan pasar keuangan. Mengabaikan beberapa sentimen buruk seperti memanasnya perang antara India dengan Pakistan. Dari tanah air, pelaku pasar akan menanti rilis data cadangan devisa yang dijadwalkan dirilis kembali pada hari ini. Data cadangan devisa tersebut akan menjadi kabar positif bagi mata uang Rupiah, terlebih jika terjadi tren penambahan jumlah devisa di tanah air, tambahnya.
Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah terpantau bergerak melemah pada perdagangan pagi ini di level 16.550 per US Dolar. Rupiah pada dasarnya berpeluang menguat terhadap US Dolar seiring dengan kebijakan The Fed yang memprtahankan besaran bunga acuannya. Serta tidak memberikan sikap yang jelas terkait dengan kebijakan pre-emptive bunga acuan kedepan.
“Kebijakan dan sikap The FED tersebut telah menekan imbal hasil US Treasury 10 tahun di bawah 4.3%. Yang membuat US Dolar pada pedagangan hari ini berpeluang melemah terhadap mata uang utama di dunia.
Terpisah harga emas naik ke level $3.410 per ons troy, atau sekitar 1.82 juta per gram. Emas naik setelah sinyal kebijakan The FED yang ambigu terhadap situasi ekonomi terkini, imbuhnya.(abi)