EKONOMI

Pengamat Ekonomi : HET Beras Harus Dinaikkan, Jika Tidak Berpeluang Picu Peredaran Beras Curah

25
×

Pengamat Ekonomi : HET Beras Harus Dinaikkan, Jika Tidak Berpeluang Picu Peredaran Beras Curah

Sebarkan artikel ini

MEDAN (STARMEDIA.id) – Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan dari hasil sidak dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha Kanwil I), Disperindag dan Bulog. Ditemukan ada produsen beras premium yang tidak beroperasi karena tidak memiliki bahan baku (gabah) untuk diolah menjadi beras.

Menurut pengakuan pelaku usaha alasan utama adalah karena mahalnya harga gabah, yang jika dihasilkan beras maka harganya bisa melampaui harga eceran tertinggi (HET), jelasnya di Medan, Kamis (24/7) pagi.

Dimana, lanjut Gunawan HET untuk beras premium di sumatera utara sebesar 15.800 per Kg, dan HET beras medium di angka 15.300 per Kg. Padahal harga gabah kering panen (GKP) di level petani dalam sepekan terakhir berada dikisaran angka 8.000 per Kg. Jika dijadikan GKG (gabah kering giling) harga bisa mencapai 9 ribuan per Kg. Dan bila dikonvesi ke beras dengan tingkat rasio maksimal 55%, maka harga beras bisa mencapai 16.200 per Kg nya, ucapnya.

Dan harga bisa menjadi lebih mahal jika rasio konversi GKG ke beras lebih rendah. Dimana penggilingan padi kecil dengan mesin kualitas rendah rasionya berada dalam rentang 48% hingga 52%. Penggilingan memang masih mendapatkan keuntungan dari sekam padi yang juga bisa dijual. Itulah mengapa disaat harga GKG menyentuh 8 ribu per Kg, harga jual beras di level kilang masih bisa dipertahankan dikisaran 15.300 per Kg, tambahnya.

Gunawan menambahkan,Sebelumnya pemerintah telah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah di level 6.500 per Kg. Dan tidak berhenti disitu, pemerintah juga memastikan bahwa harga jual gabah di level petani bisa direalisasikan minimal di angka tersebut. Namun pemerintah belum menaikkan HET yang seharusnya menjadi cerminan perubahan harga gabah di level petani, katanya.

Jika HET tidak mengalami perubahan, maka berpeluang memicu peningkatan peredaran beras dengan kualitas curah.

Produsen beras yang memiliki produk dengan standar mutu medium dan premium tentunya akan kesulitan menyesuaikan harga disaat gabah alami kenaikan seperti yang terjadi belakangan ini. Terlebih disaat tren harga beras naik, ditambah dengan kebijakan yang rigid dalam penentuan HET, ujar Gunawan.

Katanya, Produsen akan mensiasati dengan menjual beras kualitas curah yang didalam kemasannya tidak memiliki standar mutu tertentu. Masyarkat juga akan beradaptasi dengan membeli beras curah, terlebih pada dasarnya beras kualitas rendah (curah) dengan kualitas medium/premium ini kerap dibedakan dengan presentase jumlah patahan.

Sementara beras premium/medium dengan beras kualitas rendah lainnya juga bersumber dari varietas tanaman padi yang sama. Dan perbedaan lain yang mencolok secara kasat mata bisa terlihat dari warna beras, pecahan dan bau nya. Perbedaan selebihnya perlu dilakukan melalui tahapan uji lab, tutup Gunawan. (abi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *