MEDAN (STARMEDIA.id) – Pelaku pasar di awal pekan ini masih akan mendapatkan sentimen positif dari membaiknya sentimen perang dagang antara China dengan AS.
“Sikap AS yang melunak ditambah dengan sikap China yang juga akan menghapus tarif impor barang tertentu khususnya untuk barang teknologi dari AS. Sikap kedua negara tersebut dianggap sebagai sinyal kuat bahwa ada kemungkinan China dan AS mengedepankan dialog dibandingkan dengan tetap mempertahankan sikap saling bermusuhan.”jelas Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (28/4) siang.
DIkatakanya dalam sepekan kedepan, pelaku pasar akan banyak dibanjiri oleh data penting yang akan menggerakkan pasar. Seperti data kepercayaan konsumen AS, data manufaktur Indonesia serta China dan AS, berikut sejumlah data penting lain yang akan menjadi penggerak kinerja pasar keuangan. Data manufaktur di kedua negara yakni AS dan China diproyeksikan akan mengalami kontraksi, ujarnya.
Data manufaktur memburuk seiring dengan memburuknya hubungan dagang antara AS dan China yang turut dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif yang juga diberlakukan di banyak negara lainnya.
“Pasar saham di Asia pada perdagangan pagi ini bergerak mixed dan tidak dominan bergerak dalam tren tertentu. Minimya sentimen di awal pekan ini membuat pasar saham cenderung bergerak mendatar, ucap Gunawan.
Sementara itu, lanjutnya IHSG dibuka menguat di level 6.716 pada sesi pembukaan perdagangan. Kinerja IHSG berpeluang untuk bergerak dalam rentang 6.650 hingga 6.730 di awal pekan.
Disisi lain, mata uang rupiah ditransaksikan melemah tipis di level 16.840 per US Dolar pada sesi perdagangan pagi ini. Rupiah diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 16.800 hingga 16.870 per US Dolar, jelas Gunawan.
Gunawan menyebutkan, Terpisah harga emas dunia ditransaksikan melemah ke level $3.275 per ons troy. Kinerja harga emas tertekan seiring dengan membaiknya tensi dagang antara AS dengan China belakangan ini. Harga emas ditransaksikan sekitar 1.8 juta per gram, pungkas Gunawan. (Abi)